Senin, 30 Mei 2016

Wawancara dan Observasi

Haiiii semuanyaaaa… di postingan kali ini saya akan membahas tentang wawancara dan observasi.
Wawancara
 Wawancara menurut Stewart dan Cash (2014) adalah sebuah proses dyadic atau dua pihak. Sedangkan menurut Kaplan dan Saccuzzo (2013), wawancara adalah metode untuk mendpatkan data atau informasi tentang seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Stewart dan Cash wawancara merupakan proses dyadic atau melibatkan dua pihak yaitu interviewer dan interviewee. Sebuah wawancara merupakan sebuah perbincangan dan berkembang lebih dari perbincangan lainnya. Menurut Stewart dan Cash (2014) bentuk wawancara dibagi menjadi dua yaitu tradisional dan non-tradisional.
a.      Wawancara tradisional yaitu :
·         Wawancara memberi informasi.
·         Wawancara mengumpulkan informasi.
·         Wawancara seleksi.
·         Meninjau perilaku responden.
·         Meninjau perilaku pewawancara.
·         Persuasif.
b.      Wawancara non-tradisional, yaitu :
·         Wawancara yang terfokus pada kelompok.
·         Wawancara telepon.
·         Wawancara konferensi video.
·         Wawancara E-mail.
·         Wawancara virtual.
Sedangkan menurut Herdiansyah (2012) bentuk wawancara ada tiga yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam wancara ada yang namanya panduan wawancara yng merupakan sebuah garis besar, tinjauan tentang uraian dasar-dasar yang menetapkan struktur yang jelas dan sistematis pada wawancara yang telah melalui pengkajian selama bertahun-tahun (Stewart & Cash, 2014). Perencanaan wawancara Stewart dan Cash (2014) membaginya menjadi 4 yaitu wawancara tidak terencana, wawancara cukup terencana, wawancara sangat terencana dan wawancara sangat terencana dengan tertandarisasi. Dalam pembukaan wawancara ada tiga cara yaitu,
a.      Proses dua langkah, yaitu membangun hubungan kesesuaian dan orientasi kepada pihak lain.
b.      Teknik Pembukaan verbal, yaitu sebutkan tujuan, meringkas sebuah masalah, jelaskan bagaimana masalah ditemukan, Menawarkan sebuah insentif atau hadiah, permintaan saran atau bantuan, mengenal posisi responden.
c.       Teknik pembukaan komunikasi nonverbal, yaitu territorial, wajah, penampilan, sentuhan dan membaca komunikasi nonverbal.
Pedoman menutup wawancara antara lain, penutupan seperti pembukaan adalah sebuah dialog bukan monolong. Jadilah jujur dan tulus dalam menutup dan jangan membuat janji yang tidak dapat anda tepati, jaga kecepatan wawancara dengan hati-hati jadi Anda tidak terlalu tergesa-gesa dalam menutup wawancara, berhati-hati bahwa pihak lain akan memerhatikan dan mengartikan semua yang Anda katakan dan lakukan, biarkan pintu terbuka dan mungkin tentukan kapan Anda akan menghubungi responden lagi, dan jangan mengenalkan topik baru atau ide akan sesuatu saat wawancara secara fakta atau psikologi telah berada di akhir. Kemudian ada teknik dalam menutup wawancara yaitu, penawaran menjawab pertanyaa, gunakan pertanyaan penerimaan, nyatakan penyelesaian dari tujuan utama, buat pertanyaan pribadi, buat pertanyaan professional, tanda waktu habis, jelaskan alasan penutupan, ungkapkan terima kasih atau kepuasan, atur pertemuan berikutnya, ringkasan wawancara.
Observasi
Catwright & Catwright (dalam Herdiansyah, 2012) mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan dari observasi adalah mendeksripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dari kejadian yang diamati tersebut.
Ada 5 metode dalam observasi yaitu,
1.      Anecdotal record
            Merupakan salah satu metode dalam observasi dimana peneliti melakukan observasi dengan hanya membawa kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas dan unik dari seseorang.
2.      Behavioral checklist
            Biasa disebut checklist merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang di observasi dengan memberikan tanda (√) jika perilaku yang di observasi muncul.
3.      Participation charts
            Metode ini hampir sama dengan metode cheklist yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku yang muncul atau tidak muncul dari subyek yang di observasi secara simultan dalam suatu kegiatan tertentu.
4.      Behavior tallying and charting
            Metode ini memiliki kelebihan yaitu mampu menguantivikasikan perillaku yang muncul dalam suatu rentang waktu yang di tentukan.
5.      Rating Scale
            Metode ini hampir sama dengan behavioral cheklist atau partisipant charts, yaitu mencatat perilaku sasaaran yang di munculkan oleh subyek atau observee. Perbedaanya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari perilaku yang di teliti.



Kelebihan dan kelemahan dari observasi yaitu,
a.      Kelebihan
·         Dapat melihat langsung apa yang sedang di kerjakan oleh subyek hingga pada hal-hal yang mendetail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang kadang sulit untuk diterangkan.
·         Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya tata letak ruangan, peralatan, penerangan, ganguan, dll.
·         Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu.

b.      Kelemahan
·         Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul
·         Perilaku yang dimunculkan pada saat dilakukan observasi terkadang tidak mempresentassikan perilaku dan kondisi yang sebenarnya.
·         Orientasi peneliti misalnya ketika seseorang yang di observasi berpakaian rapih dan berperilaku sopan sehingga jika peneliti menjunjung tinggi kerapian dan kesopanan, kecenderungan untuk memberikan penilaian yang netral akan terganggu.





0 komentar:

Posting Komentar